Kata
itu berawal ketika aku mengikuti Latihan Kepimimpinan di Sumber Boyong,
Kaliurang. Selama aku mengikuti kegiatan LDK di Sumber Boyong, aku dilatih
berbagai macam hal yang bermanfaat dan mungkin hanya satu kali dalam seumur
hidupku. Salah satunnya hidup peduli lingkungan dan kemiskinan.
Aku sempat bingung ketika seorang
panitia mengatakan “hidup peduli lingkungan dan kemiskinan”. Aku baru mengerti
ketika aku di ajak ke Malioboro. Aku sempat berpikir, “ngapain ke Malioboro?
Bawa uang juga enggak”. Eeee .. ternyata .. rencana tidak sejalan dengan pikiranku, aku pikir suruh belanja, jalan dan
lain – lain. Nggak taunya aku disuruh ngumpulin puntung rokok hingga 500. “500 ? emang sampai
segitu?”, gerutuku dalam hati. Aku berjalan bersama temanku yang biasa disapa
Jessica
Ketika aku memunguti puntung rokok,
aku mengalami pergulatan batin yang cukup besar. Perasaan malu, gengsi, takut
direndahkan itulah yang selalu aku pikirkan ketika mengambil puntung rokok yang
ada di dalam selokan. Coba kalian bayangkan ke Malioboro mungutin puntung rokok
yang kotor. Terkadang ketika aku berjalan melewati salah satu mall di Malioboro,
banyak orang bertanya – tanya. Cukup jauh aku berjalan dari Maliboro mall sampai Stasiun Tugu. Belum lagi panas
matahari yang makin lama mencapai setinggi galah, udah keringetan, kepanasan,
diguyur hujan dera lagi. Duhh.. pokoknya asyik deh .. hehe .. dari baju kering
basah sampai kering lagi.
Hampir 2 jam aku berjalan keliling Malioboro. Semua
sibuk bertanya – tanya “Berapa jumlahmu?” “Mana aku mau liat puntung rokokmu?”
“ihh banyak banget kamu dapetnya, nyari di mana sih”.semua penuh dengan
pertanyaan yang nggak penting. Akhirnya kami tiba di salah satu sudut Malioboro.
Kami dijelaskan berbagai macam hal. Ternyata tidak hanya memunguti puntung
rokok, tetapi kami harus mencari makan sendiri dan berorasi di jalan atau
tempat umum. Aku dan kelompokku mendapat jatah di depan gedung DPRD Jogjakarta.
Sebelum kami berorasi aku dan temanku yang lainya diberi waktu satu jam untuk
mencari makan tanpa uang. Maksudnya dengan cari kerja jadi imbalannya kita
enggak perlu uang tetapi makan. Saat itu hanya makan yang ada dalam pikiranku
karena perut sudah mulai keroncongan. Setelah tiga kali berkeliling Malioboro
hasilnya nihil aku tidak dapat makan dan harus menunggu hingga pukul 19.00 baru
aku mendapat makan. Padahal pagi aku tidak sempat makan. Ya, sudahlah aku tahan
sampai jam 19.00 raungan perutku menjadi-jadi karena menahan lapar.
Sore hari setelah semua mandi, kami
menghitung jumlah puntung rokok yang tadi kami kumpulkan ternyata aku
mendapatkan 450. ” nyaris banget tinggal 50 lagi “, gerutuku dalamhati. Kupikir tidak ada hukuman apapun.
Eee.. ternyata brotowali buah terpahit dan gak enak berjalan – jalan mengisi
perutku .”Pahit banget,!”gerutuku. Udah pahit banget nggak boleh minum lagi
!Nggak hanya brotowali yang kumakan bawang putih satu siung masuk ke mulutku,
cabe dua biji masuk juga kemulutku. Huh, perjuanganku nggak hanya sampai di
sini saja aku harus bergulat dengan malam yang dingin melalui pohon salak yang
sangat menyeramkan untuk mengambil teka – teki kalau gak dapat dan nggak bisa
jawab brotowali, cabe , dan satu siung bawang menari – nari menuju mulutku.
Hanya diberi satu senter yang seperti
lampu disko dan peluit. Maksudnya senter yang seperti lampu disko itu senter
yang sudah kelap kelip. Belum lagi pas turun ada orang nyanyi di atas pohon,
mirip kakak panitianya lagi. Setelah aku tanya ternyata bukan kakak panitia.
Paginya kami diajak misa ( ibadah
umat Katolik ) alam di atas bukit. Kebetulan hari itu cuaca sangat mendukung
dan sangat cerah sehingga gunung merapi terlihat sangat gagah dan indah.
“Sungguh indah ciptaan Tuhan, aku belum pernah melihat gunung Merapi seindah
ini”, gumamku dalam hati. Kunikmati keagungan Tuhan pagi itu.
Pukul
11.00 kami bersiap untuk pulang dan sayonara. Sebelum kami semua pulang, pantia
memberi waktu berdiskusi untuk rencana di sekolah. Aku dan temanku membuat
rencana membuat sekolah menjadi bersih dan terbebas dari sampah dengan cara
mengambili sampah yang berada di kelas, kantin, jalan , dan halaman sekolah.
Mengikuti
kegiatan LDK ini membuat aku memiliki sejuta pengalaman yang aku bawa sebagai oleh – oleh. Di sana kami juga
dibekali 10 butir Kepemimpinan yang menjadi pedoman untuk mengerjakan tugas –
tugas yang sudah kami rencanakan, diantaranya :
1.
Energi mengikuti imaginasi
2.
Kita semua adalah sama tak ada yang
seperti tampaknya
3.
Bilang ‘A’ bikin ‘A’
4.
Satu bicara yang lain mendengarkan
5.
Totalitas, tidak setengah – setengah
6.
Proaktif dan inisiatif
7.
Kreatif : berpikir bercabang – cabang
8.
Mengedepankan rasa dari pada otak
9.
Mau walaupun sukar justru karena sukar
10. Kita
hanya bisa memberikan apa yang kita miliki
Setelah
terpotong libur semester, Aku masuk sekolah dan memulai aktifitas pembelajaran
seperti biasa. Menurut pengamatan temanku ada beberapa perbedaan dalam diriku.
aku terlihat lebih peduli lingkungan setelah aku mengikuti LDK. Tetapi ada beberapa
temanku yang mengejek aku. Aku sih enjoy aja, karena memunguti sampah memang tugasku sebagai
Leadership yang baik. Walaupun ada rasa malu, gengsi dan sangat takut
direndahkan oleh teman – temanku apalagi dijauhi karena dibilang sok bersih.
Perjuanganku nggak hanya sampai di sini
saja. Aku harus rela meninggalkan pelajaran karena harus menghadiri pertemuan
bulanan. Belum lagi ejekan temanku, seperti, “orang gila” , “huu pemulung” ,
dan lain – lain. Aku juga harus mengorbankan perasaan karena kalau aku main
selalu didiemin dikirain aku sok bersih, sok peduli, sok sibuk , sombong.
“Ternyata orang kalau mau berbuat baik pasti pertama selalu dimusuhi
yaa”,gerutu dalam hati. Emang kalau berbuat baik itu salah ya? Harus dimusuhi?
Pertanyaan itulah yang selalu aku pikirkan setiap kali aku diejek oleh teman –
temanku. Aku punya suatu kisah, hingga temenku njauhin aku sampai berminggu –
minggu, begini kisahnya.
Suatu pagi temenku bertanya, “
ngapain sih kamu Jeng ngambilin sampah nggak jelas?” Aku hanya menjawab, “ya
kalau bukan kita siapa lagi?” Aku pikir dengan jawabanku seperti itu dia
menjadi tergerak hatinya. Ternyata dugaanku meleset sangat jauh. Jawabanku
malah membuat dia sakit hati. Karena kekesalan dia sama aku sampai – sampai kalau
aku lewat dia ngomong, “tuh ada sampah ambil tuh yang merasa pemulung”, teriak
dia. Selama sebulan penuh aku mengalami pergulatan batin yang cukup besar.
Rasanya kaya gak mau sekolah karena kalau udah sampai sekolah hanya jadi bahan
ejekan, gosipan, dan lain – lain. Anehnya hanya aku yang dimusuhin. Apakah aku
terlalu berlebihan? Apakah aku sombong? pertanyaan itulah yang selalu aku tanya
– tanyakan ketika masuk sekolah. Aku menjadi lebih bersemangat ketika salah
seorang temanku memberi semangat, aku merasa senang karena masih ada teman yang
bisa menghargai aku. Tetapi, permasalahan itu masih membekas dan mungkin nggak
akan pernah hilang. Bahkan sampai sekarang mereka masih menyembunyikan berbagai
rahasia yang mungkin isinya gosipan tentang diriku. Sampai sekarang pun ejekan
masih dilontarkan oleh mereka. “seperti orang cleaning service” salah satu ejekan
yang mebuat aku sakit hati bahkan aku pun dijuluki ratu sampah.
Jika aku bermain sama mereka selalu
aku yang disalahkan. Padahal apa yang aku lakukan belum tentu salah. Di mata mereka mungkin aku
seorang yang selalu salah tidak pernah benar. Yang kulakukan selalu salah, mereka
merasa diri mereka yang paling benar karena kelakuan mereka yang membuatku
malas bermain lagi dengan mereka. Lagi pula masih ada teman lain yang mau
berteman denganku dan menerimaku apa adanya.
Mengikuti kegiatana YCS ini juga
harus rela tertinggal pelajaran seperti yang telah aku katakan pada awal
cerita, karena banyak pertemuan yang harus dihadiri mulai dari pertemuan rutin
tiap bulan, sharing, sosialisasi, dan lain – lain. Aku sulit mengerjar
pelajaran yang tertinggal jauh hingga membuat nilai turun. Walaupun enggak
begitu jelek tapi juga membuat aku kecewa. Di kelas 8 ini aku lebih bersungguh
– sungguh dan berlatih untuk mengatur waktu. Waktu untuk bermain, waktu untuk belajar, dan waktu
untuk iternetan.
Kegitan YCS yang aku ikuti juga
lumayan menguntungkan. Menjadi sering mendapat sanjungan dari guru dan
perhatian lebih dari guru. Guru pun menjadi lebih peduli pada lingkungan
sekitar. Yang membuatku sangat terharu ketika kepala sekolah mengelap tempat
sampah ketika para siswa sedang proses
belajar mengajar dan beliau sedang ada waktu luang. Terkadang juga aku melihat
kepala sekolahku mengambili dedaunan
yang berjatuhan di tanah. Mengelap daun – daun yang dipenuhi debu.
Tak hanya kepala sekolah, guru dan karyawan, ada juga beberapa temanku yang tertarik dengan
kegiatanku. Aku bersyukur dan bangga ketika mereka tertarik dengan kegiatanku.
Tak hanya sebagai aksi, bahkan salah seorang guru pun melakukan aksiku untuk
menghukum anak – anak yang tidak mnegerjakan tugas.
Setelah berjalan sekitar tiga bulan,
kami menambahkan beberapa program baru, diantaranya membuat perlombaan kelas
terbersih. Caranya, setiap minggu kami berkumpul untuk mengambil sampah yang
berada di loker meja dan lantai. Setelah satu bulan ditotal dan pada akhir
bulan kami mengumumkan juara kelas terbersih dan terkotor. Yang mendapatkan
kelas terkotor juga tetap di bacakan dan membuat mereka malu. Karena rasa malu itu
mereka berusaha keras agar membuat kelas
mereka menjadi yang terbersih untuk
selamanya.
Aku tidak menyangka, enam bulan aku
telah melakukan aksiku suka duka aku jalani hingga membuat temanku tergerak untuk
peduli lingkungan sekitar, menjadikan sekolah menjadi lebih nyaman, indah , dan
bersih membuahkan hasil yang luar biasa. Semua
berawal dari aku LDK yang dilatih sedemikian rupa menjadi leadership yang
peduli lingkungan dan dapat memimpin bangsa untuk masa depan yang cerah. Ratu
sampah yang semula membuat aku sakit hati kini membuat aku bangga.
Sekarang sekolah menjadi lebih
nyaman, enak dipandang, dan selalu bersih dari sampah. Aku sangat bangga pada
teman – temanku dan sekolahku. Kalau tidak karena kerja sama dengan teman
sekolahku tidak mungkin sebersih sekarang. Sekolah yang hijau tak ada sampah yang berserakan dan nyaman itulah sekolahku.
Dari semua kegiatanku ini aku hanya
mengambil kesimpulan dengan sebuah moto yang menjadi pedoman dalam hidup saya
untuk menuju masa depan yang cerah dan dapat memimpin bangsa sebagai leadership
yang bertanggung jawab dan bijaksana .
“Choose the best and be the
best” itulah motoku, yang berarti “pilihlah yang terbaik dan jadilah yang
terbaik” jadi kita harus memilih
menjadi leadership yang lebih baik dan jadilah leadership yang terbaik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar