Laman

Selasa, 02 September 2014

Cerpen : Ratu Sampah



Kata itu berawal ketika aku mengikuti Latihan Kepimimpinan di Sumber Boyong, Kaliurang. Selama aku mengikuti kegiatan LDK di Sumber Boyong, aku dilatih berbagai macam hal yang bermanfaat dan mungkin hanya satu kali dalam seumur hidupku. Salah satunnya hidup peduli lingkungan dan kemiskinan.
            Aku sempat bingung ketika seorang panitia mengatakan “hidup peduli lingkungan dan kemiskinan”. Aku baru mengerti ketika aku di ajak ke Malioboro. Aku sempat berpikir, “ngapain ke Malioboro? Bawa uang juga enggak”. Eeee .. ternyata .. rencana tidak sejalan dengan  pikiranku, aku pikir suruh belanja, jalan dan lain – lain. Nggak taunya aku disuruh ngumpulin puntung  rokok hingga 500. “500 ? emang sampai segitu?”, gerutuku dalam hati. Aku berjalan bersama temanku yang biasa disapa Jessica
            Ketika aku memunguti puntung rokok, aku mengalami pergulatan batin yang cukup besar. Perasaan malu, gengsi, takut direndahkan itulah yang selalu aku pikirkan ketika mengambil puntung rokok yang ada di dalam selokan. Coba kalian bayangkan ke Malioboro mungutin puntung rokok yang kotor. Terkadang ketika aku berjalan melewati salah satu mall di Malioboro, banyak orang bertanya – tanya. Cukup jauh aku berjalan dari Maliboro  mall sampai Stasiun Tugu. Belum lagi panas matahari yang makin lama mencapai setinggi galah, udah keringetan, kepanasan, diguyur hujan dera lagi. Duhh.. pokoknya asyik deh .. hehe .. dari baju kering basah sampai kering lagi.
            Hampir  2 jam aku berjalan keliling Malioboro. Semua sibuk bertanya – tanya “Berapa jumlahmu?” “Mana aku mau liat puntung rokokmu?” “ihh banyak banget kamu dapetnya, nyari di mana sih”.semua penuh dengan pertanyaan yang nggak penting. Akhirnya kami tiba di salah satu sudut Malioboro. Kami dijelaskan berbagai macam hal. Ternyata tidak hanya memunguti puntung rokok, tetapi kami harus mencari makan sendiri dan berorasi di jalan atau tempat umum. Aku dan kelompokku mendapat jatah di depan gedung DPRD Jogjakarta. Sebelum kami berorasi aku dan temanku yang lainya diberi waktu satu jam untuk mencari makan tanpa uang. Maksudnya dengan cari kerja jadi imbalannya kita enggak perlu uang tetapi makan. Saat itu hanya makan yang ada dalam pikiranku karena perut sudah mulai keroncongan. Setelah tiga kali berkeliling Malioboro hasilnya nihil aku tidak dapat makan dan harus menunggu hingga pukul 19.00 baru aku mendapat makan. Padahal pagi aku tidak sempat makan. Ya, sudahlah aku tahan sampai jam 19.00 raungan perutku menjadi-jadi karena menahan lapar.
            Sore hari setelah semua mandi, kami menghitung jumlah puntung rokok yang tadi kami kumpulkan ternyata aku mendapatkan 450. ” nyaris banget tinggal 50 lagi “,  gerutuku  dalamhati. Kupikir tidak ada hukuman apapun. Eee.. ternyata brotowali buah terpahit dan gak enak berjalan – jalan mengisi perutku .”Pahit banget,!”gerutuku. Udah pahit banget nggak boleh minum lagi !Nggak hanya brotowali yang kumakan bawang putih satu siung masuk ke mulutku, cabe dua biji masuk juga kemulutku. Huh, perjuanganku nggak hanya sampai di sini saja aku harus bergulat dengan malam yang dingin melalui pohon salak yang sangat menyeramkan untuk mengambil teka – teki kalau gak dapat dan nggak bisa jawab brotowali, cabe , dan satu siung bawang menari – nari menuju mulutku. Hanya  diberi satu senter yang seperti lampu disko dan peluit. Maksudnya senter yang seperti lampu disko itu senter yang sudah kelap kelip. Belum lagi pas turun ada orang nyanyi di atas pohon, mirip kakak panitianya lagi. Setelah aku tanya ternyata bukan kakak panitia.
            Paginya kami diajak misa ( ibadah umat Katolik ) alam di atas bukit. Kebetulan hari itu cuaca sangat mendukung dan sangat cerah sehingga gunung merapi terlihat sangat gagah dan indah. “Sungguh indah ciptaan Tuhan, aku belum pernah melihat gunung Merapi seindah ini”, gumamku dalam hati. Kunikmati keagungan Tuhan pagi itu.
Pukul 11.00 kami bersiap untuk pulang dan sayonara. Sebelum kami semua pulang, pantia memberi waktu berdiskusi untuk rencana di sekolah. Aku dan temanku membuat rencana membuat sekolah menjadi bersih dan terbebas dari sampah dengan cara mengambili sampah yang berada di kelas, kantin, jalan , dan halaman sekolah.
Mengikuti kegiatan LDK ini membuat aku memiliki sejuta pengalaman yang aku bawa  sebagai oleh – oleh. Di sana kami juga dibekali 10 butir Kepemimpinan yang menjadi pedoman untuk mengerjakan tugas – tugas yang sudah kami rencanakan, diantaranya :
1.         Energi mengikuti imaginasi
2.         Kita semua adalah sama tak ada yang seperti tampaknya
3.         Bilang ‘A’ bikin ‘A’
4.         Satu bicara yang lain mendengarkan
5.         Totalitas, tidak setengah – setengah
6.         Proaktif dan inisiatif
7.         Kreatif : berpikir bercabang – cabang
8.         Mengedepankan rasa dari pada otak
9.         Mau walaupun sukar justru karena sukar
10.     Kita hanya bisa memberikan apa yang kita miliki
Setelah terpotong libur semester, Aku masuk sekolah dan memulai aktifitas pembelajaran seperti biasa. Menurut pengamatan temanku ada beberapa perbedaan dalam diriku. aku terlihat lebih peduli lingkungan  setelah aku mengikuti LDK. Tetapi ada beberapa temanku yang mengejek aku. Aku sih enjoy aja,  karena memunguti sampah memang tugasku sebagai Leadership yang baik. Walaupun ada rasa malu, gengsi dan sangat takut direndahkan oleh teman – temanku apalagi dijauhi karena dibilang sok bersih.
            Perjuanganku nggak hanya sampai di sini saja. Aku harus rela meninggalkan pelajaran karena harus menghadiri pertemuan bulanan. Belum lagi ejekan temanku, seperti, “orang gila” , “huu pemulung” , dan lain – lain. Aku juga harus mengorbankan perasaan karena kalau aku main selalu didiemin dikirain aku sok bersih, sok peduli, sok sibuk , sombong. “Ternyata orang kalau mau berbuat baik pasti pertama selalu dimusuhi yaa”,gerutu dalam hati. Emang kalau berbuat baik itu salah ya? Harus dimusuhi? Pertanyaan itulah yang selalu aku pikirkan setiap kali aku diejek oleh teman – temanku. Aku punya suatu kisah, hingga temenku njauhin aku sampai berminggu – minggu, begini kisahnya.
            Suatu pagi temenku bertanya, “ ngapain sih kamu Jeng ngambilin sampah nggak jelas?” Aku hanya menjawab, “ya kalau bukan kita siapa lagi?” Aku pikir dengan jawabanku seperti itu dia menjadi tergerak hatinya. Ternyata dugaanku meleset sangat jauh. Jawabanku malah membuat dia sakit hati. Karena kekesalan dia sama aku sampai – sampai kalau aku lewat dia ngomong, “tuh ada sampah ambil tuh yang merasa pemulung”, teriak dia. Selama sebulan penuh aku mengalami pergulatan batin yang cukup besar. Rasanya kaya gak mau sekolah karena kalau udah sampai sekolah hanya jadi bahan ejekan, gosipan, dan lain – lain. Anehnya hanya aku yang dimusuhin. Apakah aku terlalu berlebihan? Apakah aku sombong? pertanyaan itulah yang selalu aku tanya – tanyakan ketika masuk sekolah. Aku menjadi lebih bersemangat ketika salah seorang temanku memberi semangat, aku merasa senang karena masih ada teman yang bisa menghargai aku. Tetapi, permasalahan itu masih membekas dan mungkin nggak akan pernah hilang. Bahkan sampai sekarang mereka masih menyembunyikan berbagai rahasia yang mungkin isinya gosipan tentang diriku. Sampai sekarang pun ejekan masih dilontarkan oleh mereka. “seperti orang cleaning service” salah satu ejekan yang mebuat aku sakit hati bahkan aku pun dijuluki ratu sampah.
            Jika aku bermain sama mereka selalu aku yang disalahkan. Padahal apa yang aku lakukan  belum tentu salah. Di mata mereka mungkin aku seorang yang selalu salah tidak pernah benar. Yang kulakukan selalu salah, mereka merasa diri mereka yang paling benar karena kelakuan mereka yang membuatku malas bermain lagi dengan mereka. Lagi pula masih ada teman lain yang mau berteman denganku dan menerimaku apa adanya.
            Mengikuti kegiatana YCS ini juga harus rela tertinggal pelajaran seperti yang telah aku katakan pada awal cerita, karena banyak pertemuan yang harus dihadiri mulai dari pertemuan rutin tiap bulan, sharing, sosialisasi, dan lain – lain. Aku sulit mengerjar pelajaran yang tertinggal jauh hingga membuat nilai turun. Walaupun enggak begitu jelek tapi juga membuat aku kecewa. Di kelas 8 ini aku lebih bersungguh – sungguh dan berlatih untuk mengatur waktu.  Waktu  untuk bermain, waktu untuk belajar, dan waktu untuk iternetan.
            Kegitan YCS yang aku ikuti juga lumayan menguntungkan. Menjadi sering mendapat sanjungan dari guru dan perhatian lebih dari guru. Guru pun menjadi lebih peduli pada lingkungan sekitar. Yang membuatku sangat terharu ketika kepala sekolah mengelap tempat sampah ketika para siswa  sedang proses belajar mengajar dan beliau sedang ada waktu luang. Terkadang juga aku melihat kepala sekolahku  mengambili dedaunan yang berjatuhan di tanah. Mengelap daun – daun yang dipenuhi debu.
            Tak hanya kepala sekolah, guru dan  karyawan, ada juga  beberapa temanku yang tertarik dengan kegiatanku. Aku bersyukur dan bangga ketika mereka tertarik dengan kegiatanku. Tak hanya sebagai aksi, bahkan salah seorang guru pun melakukan aksiku untuk menghukum anak – anak yang tidak mnegerjakan  tugas.
            Setelah berjalan sekitar tiga bulan, kami menambahkan beberapa program baru, diantaranya membuat perlombaan kelas terbersih. Caranya, setiap minggu kami berkumpul untuk mengambil sampah yang berada di loker meja dan lantai. Setelah satu bulan ditotal dan pada akhir bulan kami mengumumkan juara kelas terbersih dan terkotor. Yang mendapatkan kelas terkotor juga tetap di bacakan dan membuat mereka malu. Karena rasa malu itu mereka berusaha keras  agar membuat kelas mereka  menjadi yang terbersih untuk selamanya.
            Aku tidak menyangka, enam bulan aku telah melakukan aksiku suka duka aku jalani hingga membuat temanku tergerak untuk peduli lingkungan sekitar, menjadikan  sekolah menjadi lebih nyaman, indah , dan bersih membuahkan hasil yang luar biasa.   Semua berawal dari aku LDK yang dilatih sedemikian rupa menjadi leadership yang peduli lingkungan dan dapat memimpin bangsa untuk masa depan yang cerah. Ratu sampah yang semula membuat aku sakit hati kini membuat aku bangga.
            Sekarang sekolah menjadi lebih nyaman, enak dipandang, dan selalu bersih dari sampah. Aku sangat bangga pada teman – temanku dan sekolahku. Kalau tidak karena kerja sama dengan teman sekolahku tidak mungkin sebersih sekarang. Sekolah yang hijau tak ada sampah  yang berserakan dan nyaman itulah sekolahku.
            Dari semua kegiatanku ini aku hanya mengambil kesimpulan dengan sebuah moto yang menjadi pedoman dalam hidup saya untuk menuju masa depan yang cerah dan dapat memimpin bangsa sebagai leadership yang bertanggung jawab dan bijaksana .
            Choose the best and be the best” itulah motoku, yang berarti “pilihlah yang terbaik dan jadilah yang terbaik”  jadi kita harus memilih menjadi leadership yang lebih baik dan jadilah leadership yang terbaik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar